Ia nyaris
memproklamasikan Republik Indonesia jika tidak ditawan Jepang. Ketika
Belanda menggempur republik yang baru lahir, ia dipercaya memegang
jabatan penting. Mulai dari menteri pertahanan, menteri penerangan
sampai perdana menteri. Kemampuan politik dan kontribusinya bagi negara
tak kalah dibandingkan Soekarno, Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Dia adalah
Amir Sjarifuddin Harahap. Mengapa negara seperti melupakan jasanya?
17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, sedikit yang
mengetahui,jika Amir Sjarifuddin dipercaya tokoh pemuda saat
itu untuk membacakan naskah proklamasi.
Pria asal Sumatera Utara tersebut dipercaya dapat diterima semua golongan. Terlebih, ia konsisten melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Sejarawan Bonnie Triyana menceritakan, Amir gagal menjadi proklamator karena masih meringkuk dalam penjara Jepang
Pria asal Sumatera Utara tersebut dipercaya dapat diterima semua golongan. Terlebih, ia konsisten melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Sejarawan Bonnie Triyana menceritakan, Amir gagal menjadi proklamator karena masih meringkuk dalam penjara Jepang
Amir Sjarifuddin Harahap nama lengkapnya,
lahir 27 April 1907 di Medan, Sumatera Utara. Karena berasal dari keluarga
berada, ia bisa melanjutkan pendidikan ke Leiden, Belanda. Sekembalinya ke
Indonesia, ia mengambil sekolah Hukum di Batavia. Ia kemudian aktif dalam
perjuangan di tanah air. Dalam kepanitiaan Sumpah Pemuda 1928, ia dipilih
menjadi bendahara.
Keterlibatan Amir dalam panggung politik bisa dirunut pasca-pemberontakan Partai komunis Indonesia 1926-27. Saat itu, penjajah Belanda menangkapi tokoh-tokoh perjuangan dan partai yang menolak bekerjasama.
Keterlibatan Amir dalam panggung politik bisa dirunut pasca-pemberontakan Partai komunis Indonesia 1926-27. Saat itu, penjajah Belanda menangkapi tokoh-tokoh perjuangan dan partai yang menolak bekerjasama.
Setelah Indonesia merdeka, Amir Sjarifuddin
berduet dengan Sutan Sjahrir memegang peranan penting selama agresi militer
Belanda. Ia ditunjuk sebagai sebagai menteri penerangan pada Kabinet Sjahrir,
September 45 hingga Maret 46. Setelahnya, ia menjabat menteri pertahanan sejak
November 45- Januari 48.
Amir menjadi garda depan kabinet sebagai
perdana menteri pada Juli 47 hingga Januari 48. Ia ditunjuk karena dianggap
bersih dari fasisme Jepang. Tugasnya ketika itu adalah berunding; agar republik
mendapat pengakuan dunia dan sah menjadi negara.
Amir Sjarifuddin merupakan salah seorang tokoh
PKI. Namun, ia berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh Kereta
Api (SBKA) saat peristiwa Madiun meletus. Ia turut ditangkap beserta beberapa
kawannya. Sekitar tengah malam di kompleks makam Desa Ngalihan,
kepala Amir Sjarifuddin ditembak oleh seorang letnan polisi militer.
Sejarawan Wilson Obrigadus mengatakan, kematian Amir Sjarifuddin mencerminkan semangat perjuangannya “Amir itu tokoh yang unik ya. Mungkin peristiwa kematiannya yang dramatis 19 Desember 1948 di Ngalihan, Solo menggambarkan sosok Amir Sjarifuddin. Ketika ia dieksekusi sekitar jam 11 malam, ia memegang Injil. Namun, sebelum dieksekusi ia menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Internasionale, lagu kaum sosialis dan lagu Indonesia raya sebagai lambang ia seorang nasionalis. Inilah jiwa Amir, ia seorang Kristen, nasionalis dan sosialis. Inilah tiga keyakinan yang membuat ia berjuang untuk republik ini.”
Sejarawan Wilson Obrigadus mengatakan, kematian Amir Sjarifuddin mencerminkan semangat perjuangannya “Amir itu tokoh yang unik ya. Mungkin peristiwa kematiannya yang dramatis 19 Desember 1948 di Ngalihan, Solo menggambarkan sosok Amir Sjarifuddin. Ketika ia dieksekusi sekitar jam 11 malam, ia memegang Injil. Namun, sebelum dieksekusi ia menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Internasionale, lagu kaum sosialis dan lagu Indonesia raya sebagai lambang ia seorang nasionalis. Inilah jiwa Amir, ia seorang Kristen, nasionalis dan sosialis. Inilah tiga keyakinan yang membuat ia berjuang untuk republik ini.”
Orang kiri dan komunis itu seringkali tidak
mendapat tempat yang layak dalam buku-buku sejarah. Karena, pertama, peristiwa
65 yang masih kontroversi itu seakan-akan menghabiskan jejak mereka dari
sejarah. Menghabiskan peran-peran mereka dalam membentuk republik ini. Termasuk
Amir, Amir salah seorang yang dihukum mati karena dituduh berada di belakang
peristiwa 48 Madiun. Mereka dihukum mati atas perintah Gatot Soebroto.”
Pendulum ketidakadilan sejarah itu kini mulai berbalik arah sejak reformasi 1998. Jasa Amir Sjarifuddin yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia mulai mendapat pengakuan. Baru pada 2007 keluarga Amir, atas bantuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia bisa memugar makam bekas perdana menteri tersebut.
Pendulum ketidakadilan sejarah itu kini mulai berbalik arah sejak reformasi 1998. Jasa Amir Sjarifuddin yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia mulai mendapat pengakuan. Baru pada 2007 keluarga Amir, atas bantuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia bisa memugar makam bekas perdana menteri tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar